Traveling saat ini bukan hanya dilakukan untuk mengisi liburan atau waktu luang, namun telah menjadi gaya hidup. Dahulu jaman saya kecil, saya hanya mengenal istilah ‘piknik’ ketika kami sekeluarga bepergian ke tempat-tempat wisata dan menikmati keindahan alam. Waktunya tidak pernah lama, hanya selama weekend atau pada saat liburan sekolah. Itupun tidak pernah jauh-jauh dari rumah.
Traveler menunjuk pada orang yang bepergian baik untuk kepentingan wisata, bisnis maupun kepentingan lainnya. Traveling pun telah menjadi gaya hidup, kalau dalam sebulan gak jalan-jalan, rasanya ada yang kurang, seperti batere yang tidak di-charge. Gaya traveling pun telah berkembang dan memunculkan istilah-istilah baru seperti solo traveler, independent traveler, backpacker. Bahkan profesi baru juga muncul seperti travel blogger, travel writer...etc.
Istilah backpacking pada awalnya muncul ketika semakin banyak orang melakukan traveling independen dalam waktu yang relatif lama, budget murah dan tentunya hanya membawa ransel/backpack. Disamping mengunjungi tempat wisata yang touristy, backpackers juga mempelajari kehidupan / budaya penduduk lokal.
Siapa sebenarnya yang mempopulerkan perjalanan ala backpacker? Berdasarkan hasil googling, Giovan Francesco Gemeli Careri merupakan orang pertama yang disebut sebagai backpacker. Pada tahun 1693, dia mulai berkeliling dunia untuk kepentingan wisata (pleasure), bukan untuk mencari profit. Selama 5 tahun dia berlayar mengarungi lautan Pasifik serta menjelajah Amerika Selatan dan Asia.
Gaya hidup backpacking mulai berkembang pesat sejak tahun 2000-an sebagai dampak adanya low-cost airline dan hostel/akomodasi murah. Backpacking tidak hanya dianggap sebagai kegiatan untuk mengisi liburan namun telah menjadi gaya hidup. Semangat traveling ala backpacking adalah keinginan untuk menjelajah dunia baru, bertemu dengan budaya/orang-orang baru, dan karena hanya membawa ransel, barang-barang yang dibawa juga tidak banyak, hanya yang penting-penting.
Dengan semakin berkembangnya dunia digital dan internet, pada saat bepergian, pastinya tidak lupa kita membawa gadget. Minimal HP dengan kamera supaya tetap eksis di dunia maya. Bagi traveler yang bepergian dalam waktu relatif lama, seringkali juga membawa laptop untuk mencatat kisah perjalanan. Gaya perjalanan seperti ini memunculkan istilah baru, flashpacker. Istilah apalagi nih?
Lagi-lagi saya bertanya ke om google dan mendapat jawaban dari wikipedia.org. Flashpacking merupakan neologism (istilah baru) yang merupakan kombinasi dari kata ‘flash’ dengan ‘backpacking’. Istilah ini digunakan untuk gaya perjalanan ala backpacker namun lebih fleksibel terutama dalam hal budget. Persamaannya dengan backpacker adalah sama-sama bepergian dengan menggunakan backpack (light travel). Namun seorang flashpacker membawa juga gadget sebagai salah satu perlengkapan dan tidak akan mempermasalahkan apabila harus mengeluarkan uang lebih untuk menikmati pengalaman baru. Sedangkan backpacker cenderung mencari pengalaman yang bisa diperoleh dengan biaya semurah mungkin.
Jadi kita termasuk traveler yang mana nih? Saya sendiri tidak terlalu strict terhadap salah satu gaya traveling. Saya tidak anti dengan travel agent, walaupun kadang-kadang sedih juga karena harus mengeluarkan budget yang lebih besar serta terpaksa mendatangi tempat-tempat yang saya tidak suka karena termasuk dalam paket tur. Seringkali saya memilih sebagai independent traveler supaya lebih fleksibel menentukan tempat-tempat yang akan dikunjungi walaupun mungkin persiapannya menjadi lebih lama. Mau jalan sendiri atau ada temannya juga tidak masalah, asal teman seperjalanan memiliki tujuan yang sama. Jangan sampai kita tidak menikmati perjalanan karena harus mengantar teman yang ingin mengunjungi lokasi yang tidak kita inginkan. Sayang kan kalo udah nabung sejak lama buat traveling, tapi malah gak bisa menikmati gara-gara bete.
Beberapa hal yang mesti diingat pada saat traveling:
- Dengan gaya traveling apapun, apabila memasuki suatu wilayah, pastilah kita dianggap sebagai turis/pendatang. Oleh karena itu tetaplah mentaati kebudayaan lokal. Peribahasa “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung” tampaknya masih sangat relevan. Sebelum mengunjungi suatu tempat baru, luangkan waktu untuk googling mengenai “dos/don’ts” daerah tersebut.
- Persiapkan barang bawaan seefisien mungkin. Light traveling merupakan salah satu hal yang harus diingat pada saat akan melakukan perjalanan ala backpacker. Persiapkan baju-baju/perlengkapan sesuai kondisi daerah yang akan dikunjungi. Jangan sampai kita hanya membawa tank top/tshirt, ternyata di daerah tujuan sedang musim dingin. Jadinya malah harus shopping baju lain, budget pun meningkat, gak jadi ngirit.
- Be a responsible traveler. Jangan merusak apapun yang kita temui pada saat perjalanan. Ingat slogan "leave only footprints, take only pictures, kill only time!"
- Bagikan perjalanan kita melalui tulisan di blog atau media sosial. Hal ini berguna bagi pembaca yang mungkin akan mengunjungi daerah yang sama. Saya sendiri merasa sangat terbantu dengan adanya travelblog. Berbagai informasi bisa saya peroleh dari tulisan di blog. Tulisan kita mungkin bisa menjadi inspirasi buat pembaca. Saya sendiri terinspirasi untuk berani solo traveler setelah membaca blog/buku traveling.
Anyway, apapun istilah dan gaya traveling kita.. traveling is about getting out there, expanding horizon, finding new experience and enjoying the world...
Happy travelling!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar