Minggu, 15 Desember 2013

Danau Ranau

Danau Ranau terletak di perbatasan Kab. Lampung Barat, Lampung dengan  Kab. Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan. danau ini merupakan danau vulkanik yang berasal dari letusan gunung berapi.
Perlu perjuangan untuk mencapai Danau Ranau, selain tidak ada kendaraan umum, lokasinya cukup jauh dari kota Palembang. Rute dari Palembang-Baturaja-Danau Ranau memerlukan waktu sekitar 7-8 jam. Kondisi jalan Palembang-Baturaja masih belum mulus, apalagi kalau musim hujan. Sedangkan kondisi jalan Baturaja-Danau Ranau lebih bagus, walaupun ada sebagian ruas yang sempit dan berkelok-kelok.
Kalau berniat untuk menginap di Danau Ranau terdapat Wisma Pusri yang bisa di sewa untuk umum.
Tidak jauh dari danau, terdapat air terjun yang dikenal sebagai Air Terjun Subik Tuha. 
Danau Ranau dengan latar belakang G. Seminung

Hamparan sawah menghijau di sekitar danau


Mengenang Pulau Galang

Batam lebih dikenal wisata shopping-nya dibanding wisata alam. Namun ketika sudah capek belanja, cobalah untuk menikmati keindahan alam pulau Batam di sekitar Jembatan Barelang. Jembatan Barelang (singkatan dari BAtam, REmpang, dan gaLANG) adalah nama jembatan yang menghubungkan 6 pulau yaitu Pulau BatamPulau TontonPulau NipahPulau RempangPulau Galang dan Pulau Galang Baru. Jembatan Barelang juga dikenal sebagai 'Jembatan Habibie' karena pak Habibie yang memprakarsai pembangunan jembatan ini. Dari pusat kota ke Jembatan Barelang I sekitar 20 km. 
Pemandangan di sekitar jembatan sangat indah karena kita bisa melihat pulau-pulau kecil di sekitar Batam dengan laut yang berwarna hijau-biru tosca. 
Setelah puas berfoto-foto di jembatan Barelang, perjalanan bisa dilanjutkan ke Pantai Melur. Pantai yang terletak di sisi Barat Pulau Galang ini memiliki pasir pantai yang putih bersih dan lembut, ombak juga tidak terlalu besar sehingga cukup aman untuk berenang.
Barelang Bridge


Pemandangan dari Jembatan Barelang
 
Pantai Melur
Dilanjutkan dengan wisata sejarah, yaitu dengan mengunjungi bekas camp pengungsian Vietnam. Ketika memasuki area camp, suasana sangat sepi. Namun masih banyak berdiri bangunan-bangunan tua yang sebagian besar sudah rusak. Menambah suasana semakin mistis..:o
Begini awal ceritanya...
Pada tahun 1975, terjadi perang saudara di Vietnam. Perang tersebut berlangsung sangat lama dan menyebabkan kesengsaraan bagi rakyat. Karena tidak tahan dengan kondisi negaranya, banyak warga Vietnam yang melarikan diri keluar dari Vietnam. Mereka menggunakan kapal-kapal kayu sederhana untuk mengarungi Laut Cina. Kondisi pengungsi ini cukup memprihatinkan, dalam 1 kapal diisi sekitar 75 orang pengungsi. 
Setelah mengarungi samudera, tibalah mereka di Pulau Natuna, Kep. Riau. Dengan semakin banyaknya pengungsi (mencapai 250.000 orang), menimbulkan permasalahan bagi negara-negara lainnya (al. Indonesia, Thailand, Malaysia).
Akhirnya PBB melaui UNHCR turun tangan dan menetapkan Pulau Galang sebagai camp bagi pengungsi Vietnam pada tahun 1979. Pulau Galang seluas 250 ha, diambil sebagian (80 ha) sebagai tempat mengungsi. Selain barak-barak, di lokasi pengungsian juga dibangun fasilitas umum yang cukup lengkap, al. rumah sakit, tempat ibadah, bahkan penjara. 
Setelah perang usai, pada tahun 1996 para pengungsi tersebut sebagian dipulangkan ke Vietnam, dan ada pula yang diberikan suaka ke negara lainnya.
Saat ini bekas camp pengungsian sudah kosong, tinggal beberapa bangunan tempat ibadah yang masih berdiri dan masih dipergunakan untuk ibadah, yaitu Pagoda Bukit Teratai. Kabarnya keluarga pengungsi juga masih datang ke lokasi makam untuk berziarah ke kuburan naggota keluarga.
Untuk menuju ke Jembatan Barelang maupun Pulau Galang tidak terdapat angkutan umum, sehingga untuk mencapainya harus menggunakan kendaraan pribadi/sewa.
Pagoda Bukit Teratai

Sisa-sisa bangunan

Kapal yang dipergunakan oleh pengungsi Vietnam mengarungi samudera


Selasa, 10 Desember 2013

Beautiful Belitong

Pantai Gosong
Batuan yang terbentuk sejak ribuan tahun yang lalu
 
Pulau Lengkuas dari menara

Menara Pulau Lengkuas yang dibangun th 1882

Pulau Burung

Sunset di Pantai Tanjung Tinggi

Danau Kaolin yang terbentuk dari sisa penambangan kaolin/tanah liat

Lucunya Lumba Lumba di Teluk Kiluan

Perjalanan yang cukup panjang menuju Teluk Kiluan yang berada di Kab. Tanggamus, Lampung Selatan. Perjalanan terasa lama bukan hanya karena jaraknya memang jauh +/- 80 km dari Tanjung Karang, namun karena kondisi jalan yang sebagian besar masih berupa jalan tanah dan berbatu. Setelah terguncang-guncang sekitar 4 jam di mobil, akhirnya sampai juga di desa Kiluan Negeri, Kec. Kelumbayan. Dari desa ini perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan jungkung/kapal kayu bermesin menuju Pulau Kiluan. Matahari mulai tenggelam dan memancarkan pemandangan yang sangat indah seolah menyambut kedatangan kami di Teluk Kiluan.
Di Pulau Kiluan terdapat penginapan sederhana berupa rumah penduduk yang disewakan. Harga sewa per kamar Rp350 ribu tidak dibatasi jumlah orang. Listrik berasal dari genset dan dimatikan jam 9 malam.
Malam berlalu.. pagi-pagi waktunya bersiap menuju tengah laut untuk 'berburu' lumba-lumba. Setidaknya ada 2 jenis lumba lumba yang biasa ditemui di Teluk Kiluan, yaitu jenis hidung botol dan paruh panjang. Perjalanan menuju tengah laut sekitar 30 menit, namun setelah beberapa kali berkeliling, belum juga kelihatan ada lumba lumba. Sambil menunggu lumba lumba muncul, operator jungkung menebarkan pancing ikan dan mendapatkan cukup banyak ikan kecil untuk lauk makan siang kami.
Setelah beberapa waktu berkeliling, akhirnya lumba lumba lucu itu menampakkan diri dalam jumlah yang cukup banyak...Horeeee...akhirnya datang juga..:D. Lumba lumba jenis hidung botol ini berenang di sekitar jungkung dan melompat-lompat seolah menghibur kami yang sudah kepanasan menunggu mereka.

Laut biru, pasir putih..siapa yang tidak tergoda untuk nyebur.....

Lumba lumba hidung botol berenang sangat lincah

Heyyy...mau kemana..?
Perahu jungkung yang siap mengantar ke tengah laut bertemu si lumba lumba. 1 perahu maks. 4 orang termasuk operator

Penginapan sederhana di Pulau Kiluan

Pura di desa Kiluan Negeri. Dahulu banyak transmigran asal Bali yang hingga saat ini masih mempertahankan kebudayaannya

Rabu, 13 November 2013

Traveler, Backpacker atau Flashpacker?

Traveling saat ini bukan hanya dilakukan untuk mengisi liburan atau waktu luang, namun telah menjadi gaya hidup. Dahulu jaman saya kecil, saya hanya mengenal istilah ‘piknik’ ketika kami sekeluarga bepergian ke tempat-tempat wisata dan menikmati keindahan alam. Waktunya tidak pernah lama, hanya selama weekend atau pada saat liburan sekolah. Itupun tidak pernah jauh-jauh dari rumah.

Traveler menunjuk pada orang yang bepergian baik untuk kepentingan wisata, bisnis maupun kepentingan lainnya. Traveling pun telah menjadi gaya hidup, kalau dalam sebulan gak jalan-jalan, rasanya ada yang kurang, seperti batere yang tidak di-charge. Gaya traveling pun telah berkembang dan memunculkan istilah-istilah baru seperti solo traveler, independent traveler, backpacker. Bahkan profesi baru juga muncul seperti travel blogger, travel writer...etc.

Istilah backpacking pada awalnya muncul ketika semakin banyak orang melakukan traveling independen dalam waktu yang relatif lama, budget murah dan tentunya hanya membawa ransel/backpack. Disamping mengunjungi tempat wisata yang touristybackpackers juga mempelajari kehidupan / budaya penduduk lokal.

Siapa sebenarnya yang mempopulerkan perjalanan ala backpacker? Berdasarkan hasil googling, Giovan Francesco Gemeli Careri merupakan orang pertama yang disebut sebagai backpacker. Pada tahun 1693, dia mulai berkeliling dunia untuk kepentingan wisata (pleasure), bukan untuk mencari profit. Selama 5 tahun dia berlayar mengarungi lautan Pasifik serta menjelajah Amerika Selatan dan Asia.

Gaya hidup backpacking mulai berkembang pesat sejak tahun 2000-an sebagai dampak adanya low-cost airline dan hostel/akomodasi murah. Backpacking tidak hanya dianggap sebagai kegiatan untuk mengisi liburan namun telah menjadi gaya hidup. Semangat traveling ala backpacking adalah keinginan untuk menjelajah dunia baru, bertemu dengan budaya/orang-orang baru, dan karena hanya membawa ransel, barang-barang yang dibawa juga tidak banyak, hanya yang penting-penting.

Dengan semakin berkembangnya dunia digital dan internet, pada saat bepergian, pastinya tidak lupa kita membawa gadget. Minimal HP dengan kamera supaya tetap eksis di dunia maya. Bagi traveler yang bepergian dalam waktu relatif lama, seringkali juga membawa laptop untuk mencatat kisah perjalanan. Gaya perjalanan seperti ini memunculkan istilah baru, flashpacker. Istilah apalagi nih?

Lagi-lagi saya bertanya ke om google dan mendapat jawaban dari wikipedia.org. Flashpacking merupakan neologism (istilah baru) yang merupakan kombinasi dari kata ‘flash’ dengan ‘backpacking’. Istilah ini digunakan untuk gaya perjalanan ala backpacker namun lebih fleksibel terutama dalam hal budget. Persamaannya dengan backpacker adalah sama-sama bepergian dengan menggunakan backpack (light travel). Namun seorang flashpacker membawa juga gadget sebagai salah satu perlengkapan dan tidak akan mempermasalahkan apabila harus mengeluarkan uang lebih untuk menikmati pengalaman baru. Sedangkan backpacker cenderung mencari pengalaman yang bisa diperoleh dengan biaya semurah mungkin.
Jadi kita termasuk traveler yang mana nih? Saya sendiri tidak terlalu strict terhadap salah satu gaya traveling. Saya tidak anti dengan travel agent, walaupun kadang-kadang sedih juga karena harus mengeluarkan budget yang lebih besar serta terpaksa mendatangi tempat-tempat yang saya tidak suka karena termasuk dalam paket tur. Seringkali saya memilih sebagai independent traveler supaya lebih fleksibel menentukan tempat-tempat yang akan dikunjungi walaupun mungkin persiapannya menjadi lebih lama. Mau jalan sendiri atau ada temannya juga tidak masalah, asal teman seperjalanan memiliki tujuan yang sama. Jangan sampai kita tidak menikmati perjalanan karena harus mengantar teman yang ingin mengunjungi lokasi yang tidak kita inginkan. Sayang kan kalo udah nabung sejak lama buat traveling, tapi malah gak bisa menikmati gara-gara bete.
Beberapa hal yang mesti diingat pada saat traveling:
  1. Dengan gaya traveling apapun, apabila memasuki suatu wilayah, pastilah kita dianggap sebagai turis/pendatang. Oleh karena itu tetaplah mentaati kebudayaan lokal. Peribahasa “dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung” tampaknya masih sangat relevan. Sebelum mengunjungi suatu tempat baru, luangkan waktu untuk googling mengenai “dos/don’ts” daerah tersebut.
  2. Persiapkan barang bawaan seefisien mungkin. Light traveling merupakan salah satu hal yang harus diingat pada saat akan melakukan perjalanan ala backpacker. Persiapkan baju-baju/perlengkapan sesuai kondisi daerah yang akan dikunjungi. Jangan sampai kita hanya membawa tank top/tshirt, ternyata di daerah tujuan sedang musim dingin. Jadinya malah harus shopping baju lain, budget pun meningkat, gak jadi ngirit.
  3. Be a responsible traveler. Jangan merusak apapun yang kita temui pada saat perjalanan. Ingat slogan "leave only footprints, take only pictures, kill only time!"
  4. Bagikan perjalanan kita melalui tulisan di blog atau media sosial. Hal ini berguna bagi pembaca yang mungkin akan mengunjungi daerah yang sama. Saya sendiri merasa sangat terbantu dengan adanya travelblog. Berbagai informasi bisa saya peroleh dari tulisan di blog. Tulisan kita mungkin bisa menjadi inspirasi buat pembaca. Saya sendiri terinspirasi untuk berani solo traveler setelah membaca blog/buku traveling.

Anyway, apapun istilah dan gaya traveling kita.. traveling is about getting out there, expanding horizon, finding new experience and enjoying the world... 
Happy travelling!!

Rabu, 06 November 2013

Kenyang di Penang


Pulau Pinang atau Penang mungkin tidak sepopuler Kuala Lumpur dengan Twin Tower-nya. Namun Penang merupakan destinasi wisata murah meriah yang layak untuk dikunjungi. Tahun 2008, Penang ditetapkan sebagai UNESCO world heritage city karena banyak bangunan peninggalan kuno, terutama di kota Georgetown.
Saat ini beberapa airline menyediakan penerbangan direct Jakarta-Penang yang ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam. 


Transportasi
Berwisata ke Penang tidak perlu khawatir mengenai urusan transportasi. Transportasi umum berupa bus tersedia hampir ke semua arah. Sesampainya di Bandara International Penang (PIA), bus Rapid Penang sudah tersedia di depan terminal, yang akan mengantarkan wisatawan menuju pusat kota Georgetown dengan tarif RM2,7/orang.
Untuk berkeliling di dalam kota George Town, pemkot menyediakan bus umum gratiss..tiss tiss.... Untuk bus umum Rapid Penang, tarif berkisar RM1,7-2,7 tergantung jaraknya. Jangan lupa sediakan uang pas untuk membayar bus, karena bayar langsung dimasukkan ke kotak, sehingga supir bus tidak punya uang kembalian. Kalau gk mau repot naik turun bus, sewa motor juga bisa menjadi pilihan. Sewa harian (24 jam) sekitar RM25-30, belum termasuk BBM. Kalau mau olah raga, berkeliling kota Georgetown pake sepeda maupun jalan kaki juga bisa menjadi pilihan. 
Bus Rapid Penang yang akan mengantarkan ke berbagai penjuru Penang
Siapkan uang pas..
Sign halte bus gratis...
Becak dengan hiasan bunga warna warni siap mengantar keliling Georgetown

Makanan
Urusan makanan, Penang merupakan pusatnya. Dari pagi sampai tengah malam, restoran rame pengunjung. Bahkan banyak restoran yang buka 24 jam dan ada restoran yang baru buka jam 10 malam, tapi pengunjung sudah antri dari jam 8 mlm, itulah Rumah Makan Beratur yang terletak di samping mesjid Kapitan Keling, dengan makanan khas Nasi Kandar. Warung-warung makan pinggir jalan sudah buka dari pagi hingga malam hari. Berbagai pilihan makanan pun tersedia. Untuk masakan India, terpusat di Little India. Berbagai menu khas India seperti nasi kandar, roti cane, roti jala, teh tarik, dll dapat kita nikmati. 
Penang sangat terkenal dengan hawker food yang murah meriah. Berbagai jenis street food dapat kita jumpai di Chulia Street atau kalau mau sekalian menikmati suasana pantai, Padang Kota Lama juga menyediakan berbagai jenis makanan. Harga makanan juga murah meriah sekitar RM5-8 untuk 1 porsi. 
Berbagai jenis street food

Where to Stay
Penginapan dari mulai kelas hostel sampai hotel berbintang tinggal dipilih. Untuk yang suka backpacker-an, di sekitar Chulia Street merupakan pusat backpackers berkumpul. Disana banyak terdapat penginapan murah dengan tarif sekitar RM30/malam/bed, sekamar bisa berisi 4-6 orang (bunk bed). Tapi kalo pengen sekamar sendiri tarifnya bervariasi juga antara RM70-90/malam/kamar, bisa berisi 2-3 orang. Kamar mandi terpisah. Pada saat mengunjungi Penang, saya menginap di Tower Budget Hotel, yang terletak di Ah Quee Street, dekat Little India, dengan tarif RM85/kamar AC/malam yang bisa diisi 3 org. Tentu saja, tarif ini hanya untuk kamar saja serta shared bathroom, tidak ada fasilitas sarapan pagi. Pastikan jam check out, jangan sampai telat, karena bisa kena charge lagi.

What to See
Ketika memasuki Georgetown, kesan kota tua langsung terasa karena banyaknya bangunan kuno. Kota tertata dengan sangat rapi dan cukup bersih. Meskipun banyak pedagang pinggir jalan, namun ketika mereka sedang tutup, tidak meninggalkan bekas dagangan yang kumuh. Berjalan-jalan di pusat Georgetown, selain gedung-gedung tua, kita juga bisa menjumpai street art berupa lukisan di tembok-tembok kota. 
Kalau pengen iseng-iseng overland ke Butterworth, kita bisa menggunakan ferry yang lokasinya berdekatan dengan terminal bus Jetty. Penyeberangan Penang-Butterworth menggunakan ferry, hanya ditempuh sekitar 15 menit. Tidak perlu menunggu lama, karena jumlah ferry cukup banyak dan kapasitas cukup besar, menampung mobil, motor dan penumpang. Tarifnya gratis tiss tiss.... Bayarnya nanti kalo mau balik ke Penang RM1,2/orang..murah meriah. Sesampainya di Butterworth, pelabuhan juga langsung terintegrasi dengan terminal bus Penang Sentral yang melayani rute dalam kota maupun antar kota. Di Butterworth, terdapat Taman Burung Pulau Pinang (Bird Park) yang memiliki berbagai jenis burung, dengan tarif masuk RM29/orang + RM1/kamera.
Selain bangunan tua, kita juga bisa menikmati pantai di Batu Ferringhi. Jaraknya memang cukup jauh dari Georgetown, dengan bus Rapid Penang waktu tempuh sekitar 2 jam, ditambah kodisi jalan yang ramai, berkelok-kelok bahkan macet. 
Salah satu bangunan di Beach street

Clock Tower

Menara Mesjid Kapitan Keling

Vihara Kek Lok Si

Bangunan kuno di Kawasan Esplanade

Pinang Peranakan Mansion

Patung Buddha di Kuil Wat Chayangmakalaram (Thai Buddhist Temple)

Cathedral of the Assumption

Street Art
How much is the budget
Untuk liburan 4H3M, saya menghabiskan uang tidak lebih dari Rp3 juta. Pengeluaran terbesar untuk transportasi pesawat JKT-Penang PP sekitar Rp1,4 jt menggunakan Airasia. Tentu saja tarif ini bisa lebih murah kalau pesannya jauh2 hari. Sedangkan untuk penginapan tarifnya bisa disesuaikan dengan tingkat kenyamanan yang diinginkan. Untuk transportasi di dalam kota saya mengandalkan bus Rapid Penang, walaupun seringkali harus menunggu sekitar 15-20 menit, serta dengan berjalan kaki karena bus tidak melewati jalan-jalan kecil. Pada hari terakhir, menyewa sepeda motor menjadi pilihan karena lebih efektif dan menjangkau seluruh kota dengan waktu yang lebih cepat. Hanya dengan RM25, sepeda motor sudah dapat kita pergunakan dalam waktu 24 jam.



Selasa, 01 Oktober 2013

Komodo Dragon

Komodo Dragon (Varanus Komodoensis), merupakan binatang purba yang sama sekali gak ada lucu-lucunya. Komodo merupakan binatang buas yang bersifat loner alias penyendiri, gak suka berteman, kanibal bahkan anaknya sendiri juga dimakan. Masa hidup komodo bisa sampai 50 tahun. Setelah bertelur, induk komodo akan menjaga telurnya hingga menetas sekitar 9 bulan. Namun setelah menetas, anak komodo itu sudah langsung 'berstatus' sebagai target buruan sang induk untuk dimakan. Komodo kecil harus survive sendiri, sehingga tinggal di atas pohon dan berkamuflase supaya tidak dikenali predator lainnya. Baru setelah berumur sekitar 3 tahun, komodo muda mulai berani turun dan belajar beradaptasi.

Komodo memakan segala jenis binatang, baik hidup maupun sudah membusuk menjadi bangkai. Air liurnya memiliki bakteri yang mematikan setara dengan bisa ular yang paling beracun, yang konon belum ada penawarnya. Kibasan ekor komodo berfungsi untuk melumpuhkan lawannya.
Habitat terbesar komodo berada di Pulau Rinca dan Pulau Komodo, yang saat ini tinggal 2000an ekor, yang sejak tahun 2011 ditetapkan sebagai new seven wonder of the nature

Untuk saat ini memang sebagian besar turis yang mengunjungi pulau komodo adalah turis asing karena untuk turis lokal biayanya termasuk cukup mahal. Tiket pesawat Jkt-Dps-Labuan Bajo sekitar Rp3-4 juta per orang pp. 
Namun bagi yang suka berpetualang, tentu saja segala cara bisa ditempuh untuk bisa sampai ke Pulau Komodo. Turis-turis asing yang datang ke Pulau Komodo bahkan rela travelling murah meriah ala backpacker dengan menyewa kapal berkapasitas sekitar 20 orang dari Lombok. Perjalanan laut Lombok-Labuan Bajo sekitar 3H2M. Jadi mahal atau murah itu relatif, karena "harga mahal" yang harus dibayar tergantikan dengan keindahan dan eksotisme P. Komodo.
Bandara Pulau Komodo saat ini sedang dilakukan renovasi, mudah-mudahan setelah selesai, ada airline yang membuka penerbangan direct Jkt-Labuan Bajo, sehingga harga tiket bisa lebih murah ;)

Saya berkunjung ke P. Komodo pertengahan September 2013, pas acara Sail Komodo 2013 berakhir. Tujuan wisata utama adalah P. Rinca (sekitar 4 jam dari Labuan Bajo), merupakan habitat komodo terbesar. Waktu yang pas untuk trekking adalah di pagi hari karena belum banyak ketemu turis dan komodo sedang aktif mencari makanan. TNK mulai buka jam 7 pagi. Di samping itu, matahari juga belum terlalu panas. Kami memilih jalur short trekking, yang ditempuh sekitar 1 jam karena banyak berhenti untuk foto-foto. Pemandangan berbukit-bukit dengan hamparan rumput kering kehijauan serta Teluk Loh Buaya yang sangat indah.. Komodo justru banyak ditemui di lokasi penginapan ranger karena mereka mencium makanan dari dapur. Namun pengunjung dilarang memberi makan komodo karena akan mempengaruhi sifat komodo.
Puas berkeliling dan foto-foto dengan komodo, perjalanan dilanjutkan ke Pink Beach. Arus cukup kencang, bahkan banyak ditemui arus berputar karena merupakan pertemuan arus laut Flores dengan Laut Australia. Sesampai di Pink Beach, ternyata pasir pantainya sudah tidak berwarna pink. Memang kalau kena air laut, pasir pantai berwarna pink muda (sedikit). Kapal tidak diperbolehkan membuang jangkar di pantai ini sehingga harus berhenti agak ke tengah. Untuk menuju pantai bisa dengan berenang atau menyewa 'ojek' kapal. Namun karena arus laut cukup kencang, kami cukup berfoto-foto dari kapal ;p
Perjalanan kembali dilanjutkan menuju P. Komodo yang juga merupakan habitat terbesar Komodo.  Trek yang dilalui di P. Komodo lebih landai, tidak berbukit-bukit. Seperti di P. Rinca, komodo banyak ditemui di lokasi penginapan. 

Beberapa tips pada saat akan mengunjungi Pulau Komodo:
  1. Persiapkan perlengkapan trekking dari rumah dengan baik karena apabila harus membeli di Labuan Bajo, harganya bisa 3 kali lipat dengan kualitas yang belum tentu bagus.
  2. Pakailah baju dengan warna yang tidak mencolok walaupun komodo tidak color sensitive, tapi sepertinya belum ada pembuktian yang akurat mengenai hal ini :). Jadi lebih baik berjaga-jaga.
  3. Sebaiknya memakai celana panjang untuk menghindari ranting/rumput-rumput kering yang dilalui, supaya kaki tidak lecet.
  4. Pakailah sepatu trekking yang nyaman, jangan sekali-kali memakai high heel atau wedges :D karena akan menyusahkan kalo harus lari menghindari komodo yang tiba-tiba agresif.
  5. Topi, sunglasses, sunblock, krim anti nyamuk sebaiknya juga dipersiapkan karena matahari sangat panas menyengat!
  6. Perhatikan baik-baik instruksi dari ranger, jangan sekali-kali mencoba trekking sendiri atau menjauh dari ranger. Komodo tidak memiliki ikatan dengan siapapun, bahkan ranger yang setiap hari bergaul dengan Komodo, menjadi target serangan komodo.
Dibalik keindahan TN Komodo, ada 1 hal yang membuat saya sedih. Berdasarkan informasi dari guide, buku-buku dan blog tetangga, pulau-pulau kecil yang cantik di Labuan Bajo (P. Bidadari, P. Kanawa) telah dikuasai oleh pihak asing untuk dikelola. Bahkan operator diving, cafe, hotel dan tour guide juga sudah dikuasai oleh orang asing. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa dari sisi modal dan keahlian, mungkin penduduk lokal tidak bisa bersaing dengan orang asing. Bagaimana bisa bersaing, sekolah yang berkualitas bagus pun tidak ada. Banyak anak-anak yang harus kuliah di Denpasar, dengan biaya yang cukup tinggi. Sedangkan untuk membiayai kebutuhan sehari-hari juga masih banyak yang hidup di bawah standar.Acara Sail Komodo 2013 yang seharusnya mengangkat potensi pariwisata lokal justru dianggap tidak menyentuh kehidupan penduduk lokal secara langsung.
Seharusnya pemerintah yang berperan untuk lebih memberdayakan penduduk asli serta menyediakan sarana/prasarana umum dengan lebih baik.
Semoga keindahan Labuan Bajo dapat bertahan sehingga generasi mendatang juga dapat menikmatinya..




(Atas, Ki-Ka) Pelabuhanan Labuan Bajo dari atas bukit, Angel Island, (Bawah Ki-Ka) Sunset @ TNK, Teluk Loh Buaya P. Rinca, Kapal Layar
 Lidah komodo menjulur berfungsi sebagai indera penciuman


Warna kulit komodo menyerupai warna rumput

Angel Island - Pulau Bidadari