Sabtu, 27 Juli 2013

Bali yang Tidak Pernah 'Mati'

Meskipun sudah beberapa kali mengunjungi Bali, namun pulau ini tidak pernah membosankan. Setelah 3 hari mengeksplor Lombok, kami kembali ke Bali dengan menggunakan kapal. 
Waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam WITA dan hujan cukup deras ketika kapal sampai di pelabuhan Tj. Benoa. Mobil yang kami sewa telah menunggu di Pelabuhan dan segera mengantarkan kami menuju Hotel Cityzen, yang berlokasi di Renon. Hotel ini hanya memiliki 8 kamar dan cukup murah, Rp250rb/mlm. Bangunan hotel dan furniture masih baru, sehingga saya merasa cukup nyaman di hotel ini. Kamarnya cukup luas, fasilitas lengkap, bahkan ada kulkas ukuran kecil, TV, wifi, dan sarapan.
Berbagai permainan di Tanjung Benoa

Rehearsal for tonight performance at GWK

Padang Padang Beach

After Sunset at Kuta Beach




Pura di Danau Berantan

Tanah Lot

Jumat, 26 Juli 2013

Gili Trawangan

Hari ketiga dan terakhir di Lombok akan kami lewatkan mengunjungi Three Gilis..Namun sebelum ke Gili, kami menyempatkan untuk mengunjungi pantai Senggigi yang menjadi icon Lombok. Suasana pantai masih belum terlalu ramai mungkin karena Senggigi terkenal dengan sunset-nya.
Penyeberangan ke Gili Trawangan melalui Pelabuhan Bangsal, dengan tiket kapal umum sebesar Rp10rb/org. Tidak perlu menunggu lama sampai kapal diberangkatkan karena sudah banyak wisatawan lain yang menunggu. Perjalanan ke Gili Trawangan hanya sekitar 20 menit dan cuaca sangat cerah. Sehingga pemandangan laut sangat indah, dengan warna biru dan hijau.
Suasana Gili Trawangan ramai didominasi turis asing dan banyak cafe, hotel maupun tempat persewaan boat. Penduduk menggunakan sepeda dan cidomo sebagai alat transportasi. Jadi bisa dibayangkan betapa segarnya udara di pulau itu, tanpa polusi. Untuk mengunjungi Gili Air dan Gili Meno, harus menyewa boat dengan tarif sekitar Rp450 rb-Rp650 rb untuk bottom glass boat, per 3 jam. Bottom glass boat merupakan feri dengan lantai kaca sehingga kita dapat melihat pemandangan bawah laut. Bagi yang mau snorkeling, disini juga banyak terdapat spot snorkeling. Bagi yang belum pernah snorkeling, ada pemandu yang menemani, peralatan snorkeling juga disediakan. Sampai di Gili Meno, kami berhenti sekitar stgh jam untuk menikmati pulau yang sangat bersih dengan pasir putih yang lembut. Tidak terasa 3 jam sudah berlalu dan kami kembali ke Gili Trawangan. Sampai di Trawangan kami segera mencari warung makan. Banyak terdapat tempat makan dengan masakan rumahan walaupun lokasinya agak masuk ke perkampungan penduduk. Keliling pulau Gili Trawangan merupakan acara wajib ketika mengunjungi pulau ini. Keliling pulau bisa menggunakan cidomo dengan tarif Rp150rb atau dengan menyewa sepeda. Kita tidak perlu menawar tarif sewa, karena tarif sudah ditentukan dan dipasang stiker pada cidomo.
Sepanjang pantai yang kami lewati banyak terdapat turis asing yang sedang berjemur. Saya merasa seperti tidak di Indonesia karena justru lebih banayk turis asing yang kami temui di jalan. Perjalanan dengan cidomo berakhir di pelabuhan Trawangan karena kami harus segera kembali ke Lombok menuju Pelabuhan Lembar dan melanjutkan perjalanan ke Bali. Kami bersyukur karena selama kami d Gili Trawangan cuaca cukup cerah walaupun sedikit ada mendung. Dalam perjalanan menuju pelabuhan Lembar, hujan cukup deras. Kami tiba di Lembar sekitar jam 5 sore. Liburan di Lombok kali ini telah berakhir, namun saya masih berharap tahun depan bisa kembali ke Lombok untuk mengunjungi puncak Rinjani.
Kami segera naik ke kapal feri yang masih sepi dan harus menunggu sekitar 2 jam sampai kapal diberangkatkan. Ruang penumpang tidak terlalu ramai dan saya segera mencari tempat strategis untuk tidur. Kita bisa menyewa kasur atau kabin awak kapal supaya bisa tidur lebih nyenyak. Kapal berangkat sekitar jam 7 dan saya langsung terlelap tidur hingga mendengar suara penumpang yang berteriak bahwa sudah sampai di Bali. Jam sudah menunjukkan pukul 12 WITA. (bersambung)
ready for skin tanning

Salah satu sudut Gili Trawangan

Gili Meno

As far as I can see only blue sky and ocean

Pasir putih di Gili Meno


Rabu, 24 Juli 2013

Sejuknya Lereng Sembalun dan Senaru TN Gunung Rinjani

Keindahan puncak Gn. Rinjani sudah tidak diragukan lagi. Namun selain puncaknya, lereng Gn. Rinjadi juga tak kalah indahnya. Salah satu lereng Gn. Rinjani yang sering dikunjungi adalah lereng Sembalun yang juga merupakan salah satu pintu untuk mendaki ke puncak.

Perjalanan dari Kota Mataram menuju lereng Sembalun sekitar 2 jam. Memasuki kawasan TN Gn. Rinjani, jalanan sebagian rusak. Kanan kiri jalan dipenuhi pohon-pohon besar dan banyak dijumpai monyet-monyet yang bermain di pinggir jalan.

Setelah puas menikmati lereng Sembalun, perjalanan dilanjutkan menuju lereng Senaru, yang juga merupakan pintu masuk ke Puncak Rinjani. Jalan menuju Senaru cukup mulus, namun berkelok2, bagi yang tidak kuat siap2 mabok di jalan. berbeda dengan lereng Sembalun, memasuki area Senaru, banyak dijumpai hotel, tempat makan dan travel agent yang menawarkan jasa guide menuju puncak Rinjani. Namun kali ini belum waktunya bagi kami untuk mendaki Gn. Rinjani. Tujuan kami adalah Air Terjun Sindang Gile dan Tiu Kelep. 

Sesampai di pintu masuk lokasi air terjun, kami disambut oleh “calo” guide yang memaksa kami untuk mendatangi kantornya untuk menawarkan jasa guide menuju lokasi air terjun Tapi gak tanggung2, harga yang ditawarkan Rp150 rb/orang!!! Untuk menuju Air Terjun Sindang Gile memang akses jalan sudah cukup bagus, namun untuk menuju air terjun yang kedua, yaitu Tiu Kelep, akses jalan masih sangat alami. Kami mencoba mencari informasi di pintu masuk. Disana kami menemui Bp Raden yang menawarkan diri menjadi guide dengan ongkos flat Rp70 rb. Sekitar 20 menit berjalan santai, sudah mulai terdengar gemuruh suara air terjun Sindang Gile. Namun kami akan menuju Air Terjun Tiu Kelep terlebih dahulu, yang lokasinya lebih jauh. Akses menuju Tiu Kelep harus melalui jalanan tanah dan menyeberang sungai yang airnya cukup deras. Perjalanan yang cukup menantang terbayarkan ketika sudah tiba di Air Terjun Tiu Kelep. Titik-titik air seperti gerimis yang berasal dari cipratan air terjun sungguh menyegarkan dan seketika melupakan capeknya perjalanan. Setelah puas bermain-main air, kami kembali lagi ke air terjun yang pertama, Sindang Gile. Waktu sudah menunjukkan jam 3 sore WITA ketika kami tiba di Air Terjun Sindang Gile. Perjalanan kembali terasa lebih cepat dibandingkan pada saat tadi kami berangkat. Air Terjun Sindang Gile tidak kalah cantiknya. Bahkan terdapat pelangi di ujung air terjun yang berasal dari pantulan sinar matahari. 

Lereng Sembalun, TN Rinjani


Jalan menuju Tiu Kelep Waterfall, masih alami

Senin, 22 Juli 2013

Pantai Alami Lombok Timur

Lombok Timur merupakan kabupaten yang masih belum banyak tersentuh industri pariwisata sehingga sangat minim fasilitas umum, terutama petunjuk arah. Kami berangkat dari hotel di Mataram jam 8 pagi karena perkiraan waktu perjalanan cukup jauh dan jalanan yang kabarnya tidak terlalu mulus. Driver yang mengantarkan kami sudah cukup lama tinggal di Lombok namun mengaku belum pernah ke pantai-pantai di Lombok Timur. 
Berdasarkan petujuk arah dari beberapa penduduk lokal yang ditemui dan 1 petunjuk arah ke Tanjung Ringgit akhirnya kami tiba di “suatu” pantai dalam waktu hanya sekitar 2 jam. Jalan menunju pantai ini sangat mulus, karena pada bulan Februari 2013 baru saja diadakan festival “Bau Nyale”. Kami menyangka pantai ini adalah Tanjung Ringgit karena memang terdapat bukit di tepi pantai.

Pantai ini sangat sepi, jangankan turis, warung2 atau penjual makanan/minuman yang biasanya banyak di tempat2 wisata juga tidak nampak. Dengan percaya diri, kami menelusuri jalan di tepi pantai yang akhirnya mentok di suatu perbukitan kecil. Kami segera menuju pantai dengan pasir putih dan air hijau bening, namun ombak cukup besar. Kami menelusuri pantai ini, naik ke bukit untuk melihat pemandangan yang lebih bagus. Inikah pantai Tanjung Ringgit? Tapi kok gk sama dengan foto yang ada didapat dari internet? Setelah puas menikmati pantai kami meninggalkan pantai ini, untuk menuju Pink Beach.

Lokasi Pink Beach masih berada di Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur. Kami mengikuti petunjuk arah satu-satunya yang kami temukan, ditambah informasi dari penduduk lokal, supaya kalo nyasar, belum terlalu jauh. Baru beberapa menit perjalanan, kondisi jalan sudah mulai tidak rata serta berbatu. Semakin jauh, rumah2 penduduk semakin jarang dan hanya hutan-hutan disekeliling jalan. Kondisi tandus sangat terlihat, rumah-rumah penduduk sederhana, beberapa kali terlihat mobil tanki yang menyuplai air bersih. Kami juga melewati danau dengan air yang bewarna hijau dipergunakan penduduk untuk mencuci.

Sampai sekitar 1 jam perjalanan, kami masih belum menemukan tanda-tanda pink beach. Tidak ada mobil yang searah dengan kami. Hanya beberapa mobil yang berlawanan arah yang meyakinkan kami bahwa kami di jalan yang benar. Melihat ada satpam menjaga portal bertuliskan Jeeva Beloam (ternyata resort yang cukup mahal!), kami berhenti untuk memastikan lagi arah menuju Pink Beach. Berdasarkan informasi dari satpam, kami masih harus menempuh perjalanan sekitar 1,5 km lagi menuju pink beach. Perjalanan diteruskan. Sampailah di jalan mentok! Tidak ditemukan petunjuk arah. Namun ada petunjuk yang bertuliskan “Goa Jepang”. Nah, bukannya didekat Pantai Tanjung Ringgit ada bekas-bekas peninggalan Jepang? Kami turun dari mobil dan memastikan lagi bahwa jalanan masih bisa dilalui mobil. Setelah driver yakin, mobil lanjut lagi menyusuri jalanan tanah. Dan ternyataaaa.... inilah Tanjung Ringgit.. pantai indah yang dilihat dari atas bukit. Persisss seperti foto di internet! Rasanya puas sekali bisa sampai di pantai ini. Sungguh luar biasa ciptaan Tuhan.. Kami turun dari mobil dan mulai mengeksplor lokasi ini. Kami bertemu juga dengan pengendara motor yang juga kesasar mencari Pink Beach. Kami sangat yakin bahwa inilah pantai Tanjung Ringgit, karena terdapat bekas meriam Jepang. Di pantai ini tidak bisa menikmati bermain air karena tidak ada akses menuju ke bawah. Jadi kami hanya menikmati pemandangan dari atas bukit.

Kalo ini pantai tanjung Ringgit, pantai yang pertama tadi pantai apa ya? Karena penasaran, saya googling images dengan keyword “Pantai Jerowaru”. Dan ketemulah gambar pantai sesuai pantai yang kami kunjungi. Ternyata namanya adalah pantai Sungkun. Apapun nama pantainya, pemandangan sangat luar biasa, beautifull!

Pe er kami masih ada. Kami harus menemukan Pink Beach. Karena di dunia hanya terdapat 2 pink beach, di Pulau Komodo dan di Lombok ini. Masak udah jauh2 ke Lombok Timur gk ke Pink Beach. Kami kembali ke jalan tadi datang karena berdasarkan info dari pengendara motor arah lurus dari Tanjung Ringgit sudah tidak bisa di akses mobil dan tidak ada pantai lain lagi.
Pantai Sungkun, Jerowaru dari atas bukit

Pecahan ombak di Pantai Sungkun, Jerowaru
Kami kembali ke satpam Jeeva Beloam lagi. Daaan.. si satpam menginfokan kalo Pink Beach sudah kelewatan, dan harus kembali lagi ke arah Tj. Ringgit, sebelum mentok ada belokan kiri...kasih info kok sepotong-sepotong ya, Pak.. Tapi makasih juga infonya karena akhirnya kami temukan juga Pink Beach...

Seperti pantai sebelumnya, Pink Beach memiliki keindahan tersendiri. Pasir pantai memang tidak terlihat pink, karena sinar matahari yang cukup terang. Kabarnya kalau sore, pasir pantai lebih terlihat pink. Pantai cenderung tidak berombak, airnya sangat tenang dan bersih. Terdapat kapal-kapal kayu yang disewakan kepada wisatawan apablia ada yang berminat untuk mengeksplor laut. Suasana pantai cukup sepi, bersamaan dengan kami, hanya terlihat 2 wisatawan asing yang sedang berjemur. Selebihnya adalah nelayan dan penduduk lokal. Karena sudah sore dan masih ada pantai lain yang akan kami datangi, maka kami segera meninggalkan Pink Beach. Terobati sudah rasa penasaran Pink Beach. Tips untuk ke lokasi ini, sebaiknya sediakan bekal secukupnya karena disekitar pantai tidak ada warung atau penjual makanan/minuman. Dan sedapat mungkin menahan untuk tidak ke toilet.. sama sekali tidak ada fasilitas umum. Fasilitas menginap juga hanya ada Jeeva Beloam Resort yang tarifnya cukup mahal.
Rute selanjutnya adalah ke Pantai Kuta, yang terkenal dengan pasir pantainya yang seperti merica. Tiba di Pantai Kuta sudah sore, sekitar jam 5 WITA, dan sebentar lagi sunset. Berbeda dengan pantai2 yang sebelumnya dikunjungi hari ini, Pantai Kuta cukup ramai, sudah banyak cafe, hotel banyak turis asing yang membawa papan selancar pakai motor. Pantai sedang surut sehingga bisa berjalan cukup jauh dari pinggir pantai. Matahari sudah semakin menghilang di balik bukit, sehingga kami segera meninggalkan Pantai Kuta menuju Tanjung Aan yang jaraknya sekitar 15 menit dari Pantai Kuta. Suasana Tj. Aan sudah sepi karena memang sudah cukup gelap, sehingga kami segera meninggalkan Tj Aan, kembali ke Kota Mataram. (bersambung)
Pantai Tanjung Ringgit, Tanjung Aan (atas)Pantai Pink, Pantai Kuta, butiran pasir Pantai Kuta (bawah)

Minggu, 21 Juli 2013

AMAZING BALI – LOMBOK

Akhirnya keinginan untuk ke Lombok tercapai juga. Rencana wisata ke Lombok telah dipersiapkan sejak awal tahun 2013 demi mendapat tiket pesawat murah. Tp karena tgl. 9 Mei 2013 merupakan hari libur, harga tiket tetap aja dapat mahal walaupun sudah jauh2 hari pesan.

Berangkat dari Jakarta menggunakan pesawat Merpati paling pagi, jam 5.30 dan beruntung karena tidak ada delay. Sekitar jam 8.30 WITA kami sudah tiba di bandara Ngurah Rai. Bandara masih dalam kondisi renovasi sehingga cukup berantakan dan padat. Driver mobil yang kami sewa sudah menunggu sehingga kami langsung menuju ke Taman Safari Bali (Bali Safari & Marine Park). Tempat wisata yang searah dengan pelabuhan Padang Bai. 
BSMP tidak jauh berbeda dengan Taman Safari Bogor. Namun saya cukup berkesan mengunjungi BSMP karena pertunjukan dibuat lebih menarik dan profesional sehingga banyak pengunjung wisatawan asing yang membawa keluarganya serta terlihat menikmati pertunjukan. Mobil pribadi tidak boleh memasuki area pertunjukan dan untuk berkeliling disediakan bis safari berikut guide dalam bahasa inggris yang menerangkan setiap binatang yang ditemui.

Dengan harga tiket Rp125.000/org, kita bisa berkeliling melihat seluruh koleksi hewan, menikmati Animal Education Show, Elephant Show dan foto dengan harimau/monyet.

Sebagian koleksi Taman Safari Bali & Marine Park
Setelah cukup puas menikmati seluruh atraksi di BSMP dan menikmati makan siang, sekitar jam 3 kami keluar dari BSMP menuju Pelabuhan Padang Bai yang akan dilanjutkan perjalanan ke Lombok menggunakan kapal feri.

Harga tiket feri cukup murah, Rp36.000/org saja. Sampai di Pd Bai, kapal telah namun masih menunggu muatan. Hingga sekitar jam 5 sore kapal berangkat. Ruang khusus penumpang cukup luas dan ber-AC. Bahkan bisa selonjoran karena penumpang tidak terlalu banyak. Perjalanan masih cukup lama, sekitar 5 jam, sehingga satu2nya menikmati perjalanan adalah dengan tidur..

Sekitar 4 jam perjalanan, awak kapal sdh berteriak bahwa kapal sudah sampai di pelabuhan Lembar, Lombok. Namun karena banyak kapal yang antri untuk sandar di pelabuhan, kapal feri yang saya tumpangi juga harus mengantri sampai sekitar 1 jam. Sesampainya di darat, langsung menuju mobil sewaan yang telah menunggu dan menuju hotel Griya Asri di Mataram. Perjalanan sekitar 1 jam.

Hotel Griya Asri terletak di kota Mataram, walaupun bukan di pusat keramaian. Jalan di sekitar hotel cukup sepi karena memang sudah tengah malam. Kami juga sempat kawatir dengan kondisi hotel yang keliatan dari luar berupa bangunan lama. Namun ketika sudah memasuki kamar, cukup worthed dengan apa yang telah kami bayar. Dengan tarif Rp278.300/mlm, fasilitas kamar cukup sederhana: single/twin bed, tv 14 inch, kamar mandi dengan shower + sarapan pagi. We get what we’ve paid. (Bersambung)
Makanan khas Lombok : Ayam Taliwang

Jumat, 19 Juli 2013

Sukabumi: Hidden Beauty (3)

28 April 2013

Hari ini kami berencana menuju tempat-tempat wisata yang lokasinya tidak terlalu jauh karena sore hari harus kembali ke Jakarta.
Start dari hotel sekitar jam 7 pagi, kami langsung menuju Selabintana. Selabintana merupakan hotel, dengan taman-taman bunga disekitarnya. Dibelakang hotel terdapat pohon-pohon pinus, dan tersedia tikar yang disewakan sehingga bisa duduk di bawah pohon sambil menikmati bakso/cilok. Kita juga bisa membeli tanaman kaktus, bambu keberuntungan, dengan harga mulai dari 5 ribu.
Setelah puas berfoto-foto, kami melanjutkan perjalanan ke daerah Perkebunan Teh Goalpara milik PT Perkebunan Nasional VIII Kabupaten Sukabumi. Untuk menuju lokasi ini, sebenarnya jaraknya tidak terlalu jauh dari kota Sukabumi (sekitar 12 km). Namun sekali lagi, kondisi jalan sebagian besar rusak berat. Bahkan terdapat beberapa lubang besar sehingga pengemudi harus berhati-hati melewatinya. Untuk memasuki area perkebunan, dikenakan biaya Rp20.000/mobil. Selain perkebunan, di lokasi ini juga terdapat Camping Ground Pondok Halimun serta air terjun (curug) Cibeureum, namun karena cuaca mendung, kami memutuskan tidak mengunjungi curug. Jaraknya sekitar 2 km dari pondok Halimun.
Rute selanjutnya yang akan kami kunjungi adalah Situ Gunung. Kami harus melalui kepadatan pasar Cisaat terlebih dahulu untuk menuju Situ Gunung. Kondisi jalan masih sama, rusak berat!
Memasuki area Situ Gunung, dikenakan tarif masuk 3 rb/orang. Dari lokasi parkiran II, kita masih harus berjalan menuju Situ Gunung sekitar 10 menit. Perlu hati-hati karena jalan batu cukup curam apalagi basah karena sehabis hujan. Udara cukup dingin dan sejuk ketika kami tiba di lokasi Situ Gunung. Suasana cukup ramai karena pas hari minggu, namun kami masih bisa menikmati keindahan Situ Gunung. Karena cuaca semakin mendung dan sudah mulai gerimis, setelah puas berfoto-foto dan makan gorengan, akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke parkiran mobil dan menuju ke Kota Sukabumi lagi untuk makan siang dan membeli oleh2 khas Sukabumi: mochi cap Lampion!
Menu makan siang kami adalah masakan khas Sunda di RM Bunut. Banyak menu yang bisa dipilih mulai dari berbagai macam pepes, sayuran, lalapan dan sambal.
Hujan cukup deras mengguyur kota Sukabumi ketika kami meninggalkan Sukabumi menuju Jakarta. Cukup puas liburan selama 2 hari di Sukabumi walaupun waktu 2 hari masih belum cukup untuk mengeksplor tempat2 wisata di Sukabumi.
Masih ada keinginan untuk kembali mengunjungi Sukabumi, karena belum sempat ke air terjun Cikaso. Mudah-mudahan pemerintah daerah peduli dengan kondisi fasilitas umum terutama jalan menuju dan di Kota Sukabumi serta penataan kota yang lebih menarik sehingga wisatawan yang ingin mengunjungi Sukabumi tidak harus menghadapi kemacetan dan jalan rusak. (End)
Situ Gunung dalam suasana mendung
Kebun Teh Goalpara

Pucuk Teh

Salah satu tanaman yang dijual di Selabintana

Sukabumi: The Hidden Beauty (2)

27 April 2013
Saatnya berwisata!!!
Hari ini tujuan wisata kami adalah ke Pantai Ujung Genteng yang terkenal dengan pemandangannya yang menakjubkan dan terdapat penangkaran penyu. Jarak sekitar 125 km dari Kota Sukabumi tidak menyurutkan semangat kami untuk mengunjungi pantai tersebut. Kami menyewa mobil Avanza dengan tarif 600 ribu seharian penuh.
Start dari hotel sekitar jam 06.00, karena berdasarkan informasi, perjalanan cukup panjang ke Ujung Genteng, sekitar 5 jam. Kondisi jalan menuju Ujung Genteng cukup berat karena hampir 80% kondisi jalan rusak. Namun ada beberapa ruas jalan yang kondisinya mulus. Mungkin karena kontraktornya beda-beda jadi hasil pembuatan jalannya juga kualitasnya berbeda-beda. Selama perjalanan, pemandangan cukup indah, bahkan kami melalui air terjun alami. Tapi sayangnya tidak sempat berhenti untuk foto-foto. Mobil hanya bisa memacu kecepatan 20-40 km/jam pada kondisi jalan rusak. Hal ini menyebabkan perjalanan rasanya sangat panjang dan lama. Saya sudah berusaha untuk tidur, tp tidak berhasil karena badan terguncang-guncang.
Akhirnya sekitar jam 11, kami sudah bisa melihat pantai, disambut deretan pohon kelapa di tepi pantai, tapi tetap saja kondisi jalan masih belum mulus. Bahkan sampai di pantainya pun kondisi jalan masih rusak. Sekitar jam 12, kami sudah memasuki lokasi pantai Ujung Genteng.
Lelahnya perjalanan terobati dengan suguhan pemandangan pantai yang sungguh menakjubkan! Pantai berwarna gradasi hijau-biru tosca-biru tua, dengan air yang bening dan ombak yang tidak terlalu besar. Pantai ini memiliki keunikan karena ombak besar tidak sampai ke pantai, sehingga di pantai cukup aman untuk bermain-main air. Ketika kami sampai, pantai tidak terlalu ramai karena biasanya wisatawan baru datang sore hari untuk menikmati sunset.
Memasuki lokasi pantai Ujung Genteng, terdapat 3 pilihan jalan, belok kiri menuju TPI, lurus menuju pantai Ujung Genteng, dimana terdapat sisa-sisa bangunan jaman dulu, bekas pelabuhan. Sedangkan belok kanan, menuju pantai Pangumbahan, lokasi penangkaran penyu. Di pantai ini minim petunjuk arah, sehingga jangan segan-segan untuk bertanya ke penduduk lokal yang ditemui, supaya tidak nyasar. Disekitar pantai, terdapat penginapan / losmen yang cukup bersih dan representatif untuk menginap.
Jangan lewatkan juga untuk menikmati ikan bakar/seafood segar di rumah makan disekitar pantai. Setelah memesan, kita bisa bermain-main dulu di pantai sambil menunggu makanan tersedia.
Untuk bisa menikmati keindahan Ujung Genteng, lebih baik menginap sehingga bisa menikmati sunset dan melihat pelepasan tukik (anak penyu) ke laut yang biasanya dimulai jam 5 sore. Selain itu, perjalanan malam Ujung Genteng – Kota Sukabumi cukup rawan karena tidak ada penerangan lampu jalan, sehingga cukup berbahaya dengan kondisi jalan yang rusak. (Bersambung)
Pantai Pangumbahan (atas),Pantai Ujung Genteng (bawah)

Jalan menuju Ujung Genteng, sebagian mulus....

Sebagian besar ...... rusak berat...

Sukabumi: The Hidden Beauty (1)

26 April 2013
Inilah kota yang saya kunjungi 26-28 April 2013, Kota sejuk yang berada di kaki Gunung Gede Pangrango
Perjalanan ke Sukabumi dimulai pada Jumat sore selesai jam kantor, saya bersama 3 orang teman dengan semangat ’45 berjalan menuju Stasiun Sudirman, menunggu CL yang jadwalnya pada 17.10 akan berangkat menuju Bogor. Ini adalah pertama kali saya naik CL pada hari kerja dan mungkin saya akan berpikir ulang kalo harus naik CL lagi di hari kerja. Cukup sekali..
Untuk sampai ke Stasiun Bogor, diperlukan waktu sekitar 1 jam dan kami sampai di Bogor sekitar jam setengah 8. Perjalanan dilanjutkan menuju Terminal Baranang Siang menggunakan angkot no. 03 jurusan Bubulak-Baranang Siang dengan ongkos Rp2000/orang.  Sekitar 15 menit kami sudah berada di depan Terminal Baranang Siang dan segera mencari angkutan L300 yang biasa disebut ‘bogoran’ jurusan Bogor-Sukabumi. Angkutan ini akan berangkat kalau seluruh kursi telah penuh. Ketika kami naik, di atas mobil sudah ada 7 orang, ditambah kami berempat, masih harus menunggu sekitar 5 orang. Bogoran terkenal karena supirnya yang ugal-ugalan, tapi anehnya tidak ada penumpang yang protes (?). Banyaknya cerita-cerita mengenai mobil bogoran, membuat saya agak takut juga, jadi ketika mobil sudah mulai berjalan, saya segera menutup mata alias tidur..
Namun saya bersyukur karena ternyata supir bogoran yang saya tumpangi tidak terlalu ugal-ugalan. Beberapa kali memang menyerobot jalur kanan, tapi tidak terlalu ngebut. Bahkan saya melihat beberapa bogoran yang menyalip mobil kami, dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Kami tiba di kota Sukabumi jam 22.15, turun di depan Toko Yogya dan langsung menuju hotel Anugerah yang terletak di Jl. Surya Kencana, sekali lagi kami harus naik angkot yang masih cukup banyak bersliweran.
(Bersambung)