Kamis, 29 Januari 2015

Jejak Kota Tua Angkor

Pagi-pagi sekali, sekitar jam 5, saya sudah dijemput oleh supir tuk tuk untuk menuju candi Angkor. Diluar masih gelap, tapi ternyata jalanan sudah ramai karena banyaknya turis yang juga ingin melihat sunrise di Angkor Wat. Mendekati pintu masuk candi, keramaian semakin terlihat, ada yang datang menggunakan tuk tuk, bis, mobil, motor bahkan bersepeda. Semua pengunjung berjalan menuju spot sunrise di dekat danau. Ternyata sudah banyak orang di tepi danau yang duduk di sisi yang strategis. Berbagai merk kamera, handphone, tripod bahkan helicam disiapkan menyambut munculnya matahari pagi di balik candi Angkor Wat.
Usia candi di Angkor 300 tahun lebih muda dibandingkan bangunan candi Borobudur. Konon arsitek yang membangun Borobudur dan Angkor sama-sama bernama Gunadharma. Pendiri kerajaan Khmer, yaitu raja Jayawarman II, kabarnya juga pernah tinggal di Jawa Tengah (wikipedia.org).
Angkor Wat candi terbesar di komplek kota tua Angkor (Angkor Thom), dibangun pada masa Raja Suryavarman II yang berkuasa di kerajaan Khmer tahun 1112-1152. Pembangunan Angkor Wat memerlukan waktu 30-35 tahun. Angkor merupakan ibukota kerajaan Khmer yang pada masa kejayaannya menempat area yang sangat luas di Asia Tenggara. Namun kejayaan Kerajaan Khmer tiba-tiba menghilang, kota Angkor pun hancur tanpa diketahui secara pasti penyebabnya.
14217448341689194415
Suasana menjelang matahari terbit
Angkor Wat telah ditetapkan sebagai salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1992. Lokasi komplek candi Angkor tidak terlalu jauh dari pusat kota Siem Reap, sekitar 7 km. Angkor Wat menjadi salah satu obyek foto yang menarik terutama pada saat menjelang matahari terbit, sekitar jam 5.30 pagi. Tidak cukup waktu seharian untuk mengelilingi candi-candi yang ada di Angkor, kecuali kalau mau menggunakan balon udara :).
1421833720115779785
Antusiasme para pemburu sunrise
Pada saat pembangunannya, Angkor Wat merupakan candi agama Hindu, baru sekitar abad 16 candi ini dipergunakan untuk ibadah umat Budha. Candi ini menghadap ke arah Barat, berbeda dengan candi religius lainnya yang menghadap arah Timur karena merupakan persembahan untuk dewa Wisnu yang sering diasosiasikan dengan arah Barat. Sebagian besar candi di Angkor, dibangun dari batu pasir (sandstone). Beberapa bangunan candi yang sudah rusak, disebabkan karena kualitas batu yang dipergunakan kurang baik.
14225890581073491729
Bangunan utama Angkor Wat
Pada dinding Angkor Wat, terdapat relief mengenai mitos the churning of the ocean milk. Relief ini menggambarkan peperangan antara dewa dan asura memperebutkan air suci yang bisa membuat hidup abadi. Relief penari Apsara dengan berbagai pose dan hiasan kepala dapat ditemui di seluruh sudut bangunan. Dahulu, tarian Apsara hanya tampil di hadapan keluarga kerajaan.
14219158631116400122
Relief Penari Apsara-Angkor Wat
Raja Jayavarman VII yang berkuasa di kerajaan Khmer tahun 1181-1218 dikenal sebagai satu-satunya raja yang menganut ajaran Budha. Beberapa candi besar dibangun pada masa kekuasaannya, antara lain Ta Prohm dan Candi Bayon.
Ta Prohm, dengan ciri khasnya berupa akar pohon-pohon besar yang seolah "memakan' bangunan candi. Pohon yang ukurannya sangat besar ini berjenis Tetrameles Nudiflora. Bangunan candi yang dahulu merupakan vihara dan universitas Buddha Mahayana ini, sekarang kondisinya sudah banyak yang rusak/ambruk. Namun tetap menjadi lokasi favorit pengunjung untuk obyek fotografi.
14222573771780934555
Akar pohon seperti tentakel yang melilit bangunan candi
1422322415494630157
Akar atau batang pohon?
Candi Bayon yang sering disebut candi "seribu wajah", juga dibangun pada masa kekuasaan Raja Jayawarman VII. Sebenarnya jumlah patung wajah tidak sampai 1000 hanya sekitar 216 wajah yang menghadap ke berbagai arah. Bahkan sejak dari pintu masuk candi, patung-patung wajah sudah menyambut pengunjung. Belum ada peneliti yang memastikan pemilik wajah yang ada di candi Bayon, namun ahli sejarah menafsirkan bahwa wajah itu perwujudan dari Raja Jayavarman VII.
1422323995468651823
Bayon
Siem Reap merupakan kota kecil seluas kurang lebih 24 km2, merupakan ibu kota provinsi Siem Reap, Kamboja. Keramaian kota terpusat disekitar Sivatha Street dan Old Market.
Angkor National Museum  di pusat kota bisa kita kunjungi sebelum berkeliling Angkor. Meskipun harga tiket masuknya lumayan mahal (USD12/orang), namun banyak informasi mengenai sejarah kerajaan Khmer dan Angkor yang bisa diperoleh.
Kuil tempat ibadah agama Budha dapat kita jumpai di pusat kota, antara lain pagoda Preah Prom Reath yang berada di dekat Sungai Siem Reap, tidak jauh dari Old Market area.
Menjelang sore hingga malam hari, area di sekitar Old Market akan semakin ramai, lampu-lampu dan musik cafe mulai menyala, menambah suasana semakin meriah.
14223255241491707129
Sunset di Siem Reap River
14223252992005591317
Pub Street, area nongkrong di pusat kota Siem Reap
Tidak lengkap kalau ke Siem Reap tidak mencicipi makanan lokal. Salah satu food street alias makanan pinggir jalan yang cukup banyak penggemarnya adalah mi goreng. Tidak seperti mi yang biasanya panjang dan tidak boleh putus waktu memakannya, mi disini justru pendek-pendek. Satu porsi mi seharga USD1, dengan telor mata sapi.
Bagi penggemar ayam goreng fast food, hanya terdapat 1 gerai KFC di Siem Reap.
14223452981674255649
Pusat oleh-oleh dan jajanan lokal

Selain makanan, area Old Market juga merupakan pusat souvenir dan oleh-oleh. Terdapat Siem Reap Art Market yang ada di pinggir Sungai Siem Reap dan Night Market yang hanya buka pada malam hari (yaiyalah!), untuk berburu oleh-oleh. Tapi harus pintar-pintar menawar, supaya oleh-olehnya bisa banyak.