Senin, 16 Desember 2013

Danau Toba / Lake Toba


Private boat can be rent to Samosir Island
Batu Gantung /Hanging Stone

Batak Museum



Aneka souvenir untuk oleh-oleh /  Various souvenirs 

Danau Toba dari pinggir jalan / Lake Toba from the street 

Boneka sigale gale / Sigale gale Puppet

Deretan toko souvenir di Toba Samosir / Souvenirs outlets at Toba Samosir Island




Tanjung Balai Karimun


Mungkin Tanjung Balai Karimun (TBK) bukan merupakan destinasi wisata bagi orang Indonesia. TBK merupakan kota perdagangan yang cukup ramai, bahkan termasuk dalam zona perdagangan bebas Batam-Bintan-Karimun. TBK terletak di Kepulauan Riau, yang hanya berjarak sekitar 30 menit ke Singapura. Untuk mencapai TBK dari Jakarta bisa menggunakan pesawat ke Batam, dari Batam dilanjutkan dengan menggunakan ferry penumpang sekitar 1,5 jam.

Pantai Pelalawan, TBK punya pantai yang banyak bebatuannya

Menurut saya, batu-batuan itu akan lebih cantik apabila dibiarkan alami tanpa coretan

Pantai Pongkar

Pelabuhan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Suasana kota TBK
Bangunan ruko

Minggu, 15 Desember 2013

Danau Ranau

Danau Ranau terletak di perbatasan Kab. Lampung Barat, Lampung dengan  Kab. Ogan Komering Ulu Selatan, Sumatera Selatan. danau ini merupakan danau vulkanik yang berasal dari letusan gunung berapi.
Perlu perjuangan untuk mencapai Danau Ranau, selain tidak ada kendaraan umum, lokasinya cukup jauh dari kota Palembang. Rute dari Palembang-Baturaja-Danau Ranau memerlukan waktu sekitar 7-8 jam. Kondisi jalan Palembang-Baturaja masih belum mulus, apalagi kalau musim hujan. Sedangkan kondisi jalan Baturaja-Danau Ranau lebih bagus, walaupun ada sebagian ruas yang sempit dan berkelok-kelok.
Kalau berniat untuk menginap di Danau Ranau terdapat Wisma Pusri yang bisa di sewa untuk umum.
Tidak jauh dari danau, terdapat air terjun yang dikenal sebagai Air Terjun Subik Tuha. 
Danau Ranau dengan latar belakang G. Seminung

Hamparan sawah menghijau di sekitar danau


Mengenang Pulau Galang

Batam lebih dikenal wisata shopping-nya dibanding wisata alam. Namun ketika sudah capek belanja, cobalah untuk menikmati keindahan alam pulau Batam di sekitar Jembatan Barelang. Jembatan Barelang (singkatan dari BAtam, REmpang, dan gaLANG) adalah nama jembatan yang menghubungkan 6 pulau yaitu Pulau BatamPulau TontonPulau NipahPulau RempangPulau Galang dan Pulau Galang Baru. Jembatan Barelang juga dikenal sebagai 'Jembatan Habibie' karena pak Habibie yang memprakarsai pembangunan jembatan ini. Dari pusat kota ke Jembatan Barelang I sekitar 20 km. 
Pemandangan di sekitar jembatan sangat indah karena kita bisa melihat pulau-pulau kecil di sekitar Batam dengan laut yang berwarna hijau-biru tosca. 
Setelah puas berfoto-foto di jembatan Barelang, perjalanan bisa dilanjutkan ke Pantai Melur. Pantai yang terletak di sisi Barat Pulau Galang ini memiliki pasir pantai yang putih bersih dan lembut, ombak juga tidak terlalu besar sehingga cukup aman untuk berenang.
Barelang Bridge


Pemandangan dari Jembatan Barelang
 
Pantai Melur
Dilanjutkan dengan wisata sejarah, yaitu dengan mengunjungi bekas camp pengungsian Vietnam. Ketika memasuki area camp, suasana sangat sepi. Namun masih banyak berdiri bangunan-bangunan tua yang sebagian besar sudah rusak. Menambah suasana semakin mistis..:o
Begini awal ceritanya...
Pada tahun 1975, terjadi perang saudara di Vietnam. Perang tersebut berlangsung sangat lama dan menyebabkan kesengsaraan bagi rakyat. Karena tidak tahan dengan kondisi negaranya, banyak warga Vietnam yang melarikan diri keluar dari Vietnam. Mereka menggunakan kapal-kapal kayu sederhana untuk mengarungi Laut Cina. Kondisi pengungsi ini cukup memprihatinkan, dalam 1 kapal diisi sekitar 75 orang pengungsi. 
Setelah mengarungi samudera, tibalah mereka di Pulau Natuna, Kep. Riau. Dengan semakin banyaknya pengungsi (mencapai 250.000 orang), menimbulkan permasalahan bagi negara-negara lainnya (al. Indonesia, Thailand, Malaysia).
Akhirnya PBB melaui UNHCR turun tangan dan menetapkan Pulau Galang sebagai camp bagi pengungsi Vietnam pada tahun 1979. Pulau Galang seluas 250 ha, diambil sebagian (80 ha) sebagai tempat mengungsi. Selain barak-barak, di lokasi pengungsian juga dibangun fasilitas umum yang cukup lengkap, al. rumah sakit, tempat ibadah, bahkan penjara. 
Setelah perang usai, pada tahun 1996 para pengungsi tersebut sebagian dipulangkan ke Vietnam, dan ada pula yang diberikan suaka ke negara lainnya.
Saat ini bekas camp pengungsian sudah kosong, tinggal beberapa bangunan tempat ibadah yang masih berdiri dan masih dipergunakan untuk ibadah, yaitu Pagoda Bukit Teratai. Kabarnya keluarga pengungsi juga masih datang ke lokasi makam untuk berziarah ke kuburan naggota keluarga.
Untuk menuju ke Jembatan Barelang maupun Pulau Galang tidak terdapat angkutan umum, sehingga untuk mencapainya harus menggunakan kendaraan pribadi/sewa.
Pagoda Bukit Teratai

Sisa-sisa bangunan

Kapal yang dipergunakan oleh pengungsi Vietnam mengarungi samudera


Selasa, 10 Desember 2013

Beautiful Belitong

Pantai Gosong
Batuan yang terbentuk sejak ribuan tahun yang lalu
 
Pulau Lengkuas dari menara

Menara Pulau Lengkuas yang dibangun th 1882

Pulau Burung

Sunset di Pantai Tanjung Tinggi

Danau Kaolin yang terbentuk dari sisa penambangan kaolin/tanah liat

Lucunya Lumba Lumba di Teluk Kiluan

Perjalanan yang cukup panjang menuju Teluk Kiluan yang berada di Kab. Tanggamus, Lampung Selatan. Perjalanan terasa lama bukan hanya karena jaraknya memang jauh +/- 80 km dari Tanjung Karang, namun karena kondisi jalan yang sebagian besar masih berupa jalan tanah dan berbatu. Setelah terguncang-guncang sekitar 4 jam di mobil, akhirnya sampai juga di desa Kiluan Negeri, Kec. Kelumbayan. Dari desa ini perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan jungkung/kapal kayu bermesin menuju Pulau Kiluan. Matahari mulai tenggelam dan memancarkan pemandangan yang sangat indah seolah menyambut kedatangan kami di Teluk Kiluan.
Di Pulau Kiluan terdapat penginapan sederhana berupa rumah penduduk yang disewakan. Harga sewa per kamar Rp350 ribu tidak dibatasi jumlah orang. Listrik berasal dari genset dan dimatikan jam 9 malam.
Malam berlalu.. pagi-pagi waktunya bersiap menuju tengah laut untuk 'berburu' lumba-lumba. Setidaknya ada 2 jenis lumba lumba yang biasa ditemui di Teluk Kiluan, yaitu jenis hidung botol dan paruh panjang. Perjalanan menuju tengah laut sekitar 30 menit, namun setelah beberapa kali berkeliling, belum juga kelihatan ada lumba lumba. Sambil menunggu lumba lumba muncul, operator jungkung menebarkan pancing ikan dan mendapatkan cukup banyak ikan kecil untuk lauk makan siang kami.
Setelah beberapa waktu berkeliling, akhirnya lumba lumba lucu itu menampakkan diri dalam jumlah yang cukup banyak...Horeeee...akhirnya datang juga..:D. Lumba lumba jenis hidung botol ini berenang di sekitar jungkung dan melompat-lompat seolah menghibur kami yang sudah kepanasan menunggu mereka.

Laut biru, pasir putih..siapa yang tidak tergoda untuk nyebur.....

Lumba lumba hidung botol berenang sangat lincah

Heyyy...mau kemana..?
Perahu jungkung yang siap mengantar ke tengah laut bertemu si lumba lumba. 1 perahu maks. 4 orang termasuk operator

Penginapan sederhana di Pulau Kiluan

Pura di desa Kiluan Negeri. Dahulu banyak transmigran asal Bali yang hingga saat ini masih mempertahankan kebudayaannya